Wednesday, July 8, 2020

Aku dan Covid-19

Hai, namaku Jen. Aku seorang wanita berusia 25 tahun. sehari-hari aku beraktifitas sebagai bookstagram dan berhasil mendapatkan uang karena keberuntungan lolos di sebuah lembaga pemerintah independen. Saat aku menulis ini, Rabu, 8 Juli 2020 dunia masih dilanda pandemi Covid-19. Pekerjaan yang seharusnya bisa dimulai bulan Maret lalu harus tertunda dan baru saja bisa dikerjakan bulan Juni lalu. Selama itu, negaraku mengalami lockdown dan terpaksa banyak perusahaan merumahkan pegawainya. Tidak sedikit yang perusahaan mengalami gulung tikar, pengangguran semakin banyak, dan kekurangan bahan pangan dimana-mana.
Pemerintah masih berupaya, dan kami sebagai warga tentu membantu agar tidak merepotkan. Kami saling bahu-membahu untuk dapat hidup dan terhindar dari virus tersebut. Akan tetapi upaya tersebut belum kunjung membuahkan hasil. Virus itu semakin ganas menelan orang terdekat kami. Sampai saat ini, di kecamatan tempat tinggalku yang notabene sebuah kabupaten di pelosok sudah mencapai 6 pasien positif Covid-19.
Jujur saja, aku tidak ingin membicarakan ini, aku juga tidak ingin menyalahkan. Karena tidak akan bertemu pihak yang dapat disalahkan. Kita dihantui rasa takut. Di sisi lain, kita berlagak santai. Di sisi lain lagi, kita ditekankan untuk terhindar dari virus tersebut demi stabilitas pekerjaan dan kehidupan ekonomi. Aku tidak bisa membayangkan bagaimana jika aku tidak bisa bekerja dan mengorbankan banyak orang.
Aku baru saja mendapat pekerjaan ini, bahkan aku belum menerima gaji pertama. Upaya disiplinku untuk menjaga imunitas juga sama seperti orang-orang, memakai masker, mencuci tangan, tetap waspada, bekerja tanpa takut, dan tentunya berdo'a.
Aku pernah marah dengan orang-orang yang mementingkan keinginannya daripada kemaslahatan saudara seimannya. Tapi, itu tidak mengubah apapun. Di desaku, satgas sudah menjalankan tugasnya sejak beberapa bulan yang lalu. Tidak henti-hentinya saling mengingatkan dan memberikan bantuan pangan, masker, sampai tempat mencuci tangan.
Sedangkan saat ini, kami menjalani era new normal yang angka positifnya semakin tinggi. Aku tidak meminta banyak hal, aku juga masih bergantung kepada orangtua untuk hidup. Tolong, jangan sakiti kedua orangtuaku dengan egomu.